PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
KATA PENGANTAR
Dalam penulisan makalah
ini, kami akan memaparkan tentang “Prinsip-prinsip dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Belajar Matematika” agar kita mengetahui dan memiliki wawasan yang
lebih mengenai prinsip-prinsip yang berkaitan dengan proses belajar maupun
faktor-faktor yang juga ikut mempengaruhi didalam proses pengaplikasiannya.
Pada
kesempatan ini pula kami sampaikan rasa terima kasih kepada para penulis yang tulisannya
kami gunakan sebagai bahan rujukan. Akhirnya kami menyadari, bahwa tiada gading
yang tak retak.Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan
mendapatkan ridho dari Allah swt. Amin.
Medan, 11 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar
dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai
landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar. Prinsip
belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan
peserta didik.
Masalah belajar merupakan masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh
setiap orang. Oleh sebab itu, banyak ahli-ahli yang membahas serta menghasilkan
berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini, teori yang dihasilkan tidaklah
dipertentangkan dengan kebenaran, tetapi hal yang lebih penting adalah
pemakaian teori-teori tersebut dalam kehidupan yang dirasa paling cocok dengan
kebudayaan kita.
Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor, sehingga bagi pelajar sendiri adalah sesuatu yang penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini lebih penting lagi tidak hanya
bagi pelajar tetapi juga bagi calon-calon pendidik seperti kita.
Maka dari pada itu, kami menyusun makalah ini guna membahas secara lebih
mendalam bagaimana prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar serta metode belajar yang
jamak digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang berkaitan dengan materi
diatas adalah:
a. Apa pengertian dari Prinsip Belajar?
b. Apa pengertian dari Belajar?
c. Apa pengertian dari Prinsip Belajar?
d. Apa saja Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait
dengan Proses Belajar?
e. Apa saja Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran?
f. Faktor apa saja yang mempengaruhi Proses Pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang berkaitan
dengan materi diatas adalah:
a. Untuk memahami pengertian dari Prinsip Belajar.
b. Untuk memahami pengertian dari Belajar.
c. Untuk memahami Pengertian dari Prinsip Belajar.
d. Untuk memahami Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait
dengan Proses Belajar.
e. Untuk mengetahui yang terkait dalam Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar
siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran.
f.
Untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi Proses Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar
Menurut Wingkel,
1987 : “Belajar
adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri. Belajar
adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap
dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinya dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Pengertian Prinsip
Prinsip adalah suatu yang dipegang
atau suatu panutan utama atau sesuatu yang menjadi dasar pokok dalam berfikir
dan berpijak yang perlu dimiliki oleh setiap manusia apabila manusia tidak
memiliki sebuah prinsip maka dia tidak akan tahu tujuan hidupnya itu akan
dilakukan untuk apa. Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk
arah, kita bisa berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam
menjalani hidup tanpa harus kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah
dan tujuan yang jelas pada setiap kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin
yang baik adalah seorang pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang
berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.
2.3 Apa sih Matematika Itu?
Matematika
adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan. Seperti halnya tuntutan untuk
memanfaatkan penalaran induktif pada awal proses pembelajaran, perubahan
definisi matematika di atas bertujuan agar para siswa belajar mencerna ide-ide
baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani
ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan, dan mampu memecahkan masalah yang
tidak lazim. Sejalan dengan itu, tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan
Depdiknas sudah sesuai dengan kecenderungan terbaru, yang meliputi kemampuan
atau kompetensi: (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran, (3)
memecahkan masalah, (4) mengomunikasikan gagasan, dan (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Pendekatan terbaru seperti
Pendidikan Matematika Realistik ataupun Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah
merupakan pendekatan atau pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan.
Definisi
matematika lebih dikaitkan dengan kemampuan berpikir yang digunakan para
matematikawan. NRC (1989:31) menyatakan dengan singkat bahwa : “Mathematics
is a science of patterns and order.” Artinya, matematika adalah ilmu yang
membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order).
De Lange (2004:8) menyatakan lebih rinci :
Mathematics
could be seen as the language that describes patterns – both patterns in nature
and patterns invented by the human mind. Those patterns can either be real or
imagined, visual or mental, static or dynamic, qualitative or quantitative,
purely utilitarian or of little more than recreational interest. They can arise
from the world around as, from depth of space and time, or from the inner
workings of human mind.
Jelaslah
sekarang bahwa matematika dapat dlihat sebagai bahasa yang menjelaskan tentang
pola – baik pola di alam maupun pola yang ditemukan melalui pikiran. Pola-pola
tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun berbentuk imajenasi, dapat dilihat
atau dapat dalam bentuk mental, statis atau dinamis, kualitatif atau
kuantitatif , asli berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari atau tidak lebih
dari hanya sekedar untuk keperluan rekreasi. Hal-hal tersebut dapat muncul dari
lingkungan sekitar, dari kedalaman ruang dan waktu, atau dari hasil pekerjaan
pikiran insan.
2.4 Prinsip-Prinsip dalam Belajar
Prinsip Belajar Menurut Gestalt : Adalah suatu
transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami
perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus
menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah
diterimanya.
Kemudian Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies :
Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa
termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan
kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.
Berdasarkan
Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik
Prinsip-prinsip
belajar dapat mengungkap batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Selain itu juga berguna untuk mengembangkan sikap
yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Prinsip-prinsip
pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar
sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar
bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran
yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan. Diantara prinsip-prinsip belajar yang terkait antara
lain:
1.
Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai
peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar
pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap pelajaran akan
timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila
bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang di butuhkan, di perlukan
untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan
membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Di samping perhatian,
motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. “Motivation is
the concept we use when we describe the force actionon or within an organism to
initiate and direct behavior” demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbert
L, 1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru
berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai
kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan.
2.
Keaktifan
Menurut teori kognitif,
belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang
kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan tranformasi.
(Gage ad Barliner, 1984:267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah di perolehnya. Dalam proses
belajar-mengajar anak mampu megidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Dalam proses belajar,
siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya.
Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegaiatan psikis yang
susah diamati.
3.
Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
Pentingnya keterlibatan
langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “Learning by
doing” –nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar
harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik, individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan engan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
4.
Pengulangan
Teori Psikologi Daya
menerangkan bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menangggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir
dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu di asah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempurna.
5.
Tantangan
Teori medan (Field
Theori) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin di capai tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tesebut. Apabila hambatan itu telah
diatasi, artinya tujuan belajar talah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan
baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang
perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang
memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan prinsip-prinsip, generalisai tersebut. Dan belajar yang telah ialah secara tuntas oleh
guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.
6.
Balikan dan Penguatan
Teori belajar Operant
Conditioning dari B.F.Skinner. kalau pada teori Conditioning yang diberi
kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang dipperkuat
adlah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya
Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi, hasil yang baik akn menjadi balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun
dorongan belajar itu menurut B.F.Skinner tidak saj oleh penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner,
1984:272).
7.
Perbedaan individual
Siswa merupakan
individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap
siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual
ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan
individu perlu diperhatiakan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem
penidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah
perbedan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat
siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
2.5 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Setiap guru
mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik. Namun kenyataannya
tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah menemui atau mengalami beberapa
siswa yang selalu membikin ulah, selalu mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal,
ataupun membenci mata pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris. Di
sisi lain ada siswa yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi
murung dan malas belajar. Pertanyaannya yang mungkin muncul adalah, mengapa hal
seperti itu dapat terjadi? Kenyataan – kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa
dapat mengalami hal-hal yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan
kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
Faktor
penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari
luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami hambatan belajar yang
disebabkan oleh faktor penglihatan yang kurang baik, sedangkan pada contoh
kedua, hambatan belajar tersebut lebih disebabkan oleh faktor kejiwaan pada
diri anak tersebut. Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975)
telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut,
diantaranya:
1.
Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan
syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal
yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf
dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang
sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari
otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan
belajar.
Untuk menghindari hal tersebut dan
untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang
berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun
penglihatan yang kurang baik, sebaiknya
menempati tempat dibagian depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama
masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perembangan psik
putra-putrinya. Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf
bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.[1]
2.
Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan
berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang
menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran
orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar
yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang
kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, tetangga yang mengatakan
sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu
minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua yang selalu marah, tidak
terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan
contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar
siswa.
Intinya, lingkungan disekitar siswa
harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka
belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan
membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi
lebih cerdas.
3.
Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang
mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh.
Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia
selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal itu terjadi, siswa
tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan
contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik
akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang
tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil
mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat
menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka
dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
4.
Faktor
Intelektual
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang
sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus
meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa
yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi
tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang
sangat sulit membayangkan dan bernalar. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak
atau ibu Guru hendaknya mengecek dan
membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut sehingga mereka
dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.
5.
Faktor
Kependidikan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum
mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa,
guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat adalah contoh
dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan
ketidakberhasilan siswa tersebut.
Berdasarkan
penjelasan diatas, guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa
yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat
belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap
guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari
setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun, hal yang perlu diingat, penyebab
kesulitan itu dapa bebrbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti
ditinggal saudara kandung tersayang atau karena faktor psiologis seperti
pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasikan
kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya.
DAFTAR PUSTAKA
De Lange, J. (2004). Mathematical
Literacy for Living from OECD-PISA Perspective. Paris: OECD-PISA
Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
NRC (1989). Everybody Counts. A Report
to the Nation of the Future of Mathematics Education. Washington DC :
National Academy Press
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B.
(1975). Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston : Houghton
Mifin Company
[1] Fadjar Shadiq, 2014, Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa,. Yogyakarta : Graha Ilmu, hal 216
Komentar
Posting Komentar