PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran matematika. Salawat serta salam kapada Nabi Muhammad  saw selaku utusan Allah swt sebagai hamba dan rasul-Nya untuk menyeru umat manusia ke jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.
            Dalam penulisan makalah ini, kami akan memaparkan tentang “Prinsip-prinsip dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Matematika” agar kita mengetahui dan memiliki wawasan yang lebih mengenai prinsip-prinsip yang berkaitan dengan proses belajar maupun faktor-faktor yang juga ikut mempengaruhi didalam proses pengaplikasiannya.
            Pada kesempatan ini pula kami sampaikan rasa terima kasih kepada para penulis yang tulisannya kami gunakan sebagai bahan rujukan. Akhirnya kami menyadari, bahwa tiada gading yang tak retak.Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan mendapatkan ridho dari Allah swt. Amin.
           
                                                                                      Medan, 11 Oktober  2016

                                                                                                                                   
Penulis






DAFTAR ISI


BAB I

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar. Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Masalah belajar merupakan masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Oleh sebab itu, banyak ahli-ahli yang membahas serta menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini, teori yang dihasilkan tidaklah dipertentangkan dengan kebenaran, tetapi hal yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori tersebut dalam kehidupan yang dirasa paling cocok dengan kebudayaan kita.
Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga bagi pelajar sendiri adalah sesuatu yang penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini lebih penting lagi tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi calon-calon pendidik seperti kita.
Maka dari pada itu, kami menyusun makalah ini guna membahas secara lebih mendalam bagaimana prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar serta metode belajar yang jamak digunakan.



1.2    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang berkaitan dengan materi diatas adalah:
a.  Apa pengertian dari Prinsip Belajar?
b.  Apa pengertian dari Belajar?
c.  Apa pengertian dari Prinsip Belajar?
d.  Apa saja Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan Proses Belajar?
e.  Apa saja Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran?
f.   Faktor apa saja yang mempengaruhi Proses Pembelajaran?

1.3    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang berkaitan dengan materi diatas adalah:
a.  Untuk memahami pengertian dari Prinsip Belajar.
b.  Untuk memahami pengertian dari Belajar.
c.  Untuk memahami Pengertian dari Prinsip Belajar.
d.  Untuk memahami Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan Proses Belajar.
e.  Untuk mengetahui yang terkait dalam Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran.
f.   Untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi Proses Pembelajaran.












BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Belajar
Menurut Wingkel, 1987 : “Belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri. Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Pengertian Prinsip
Prinsip adalah suatu yang dipegang atau suatu panutan utama atau sesuatu yang menjadi dasar pokok dalam berfikir dan berpijak yang perlu dimiliki oleh setiap manusia apabila manusia tidak memiliki sebuah prinsip maka dia tidak akan tahu tujuan hidupnya itu akan dilakukan untuk apa. Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk arah, kita bisa berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tujuan yang jelas pada setiap kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.
2.3 Apa sih Matematika Itu?
Matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan. Seperti halnya tuntutan untuk memanfaatkan penalaran induktif pada awal proses pembelajaran, perubahan definisi matematika di atas bertujuan agar para siswa belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, mampu menangani ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan, dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim. Sejalan dengan itu, tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan Depdiknas sudah sesuai dengan kecenderungan terbaru, yang meliputi kemampuan atau kompetensi: (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran, (3) memecahkan masalah, (4) mengomunikasikan gagasan, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Pendekatan terbaru seperti Pendidikan Matematika Realistik ataupun Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah merupakan pendekatan atau pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan.
Definisi matematika lebih dikaitkan dengan kemampuan berpikir yang digunakan para matematikawan. NRC (1989:31) menyatakan dengan singkat bahwa : “Mathematics is a science of patterns and order.” Artinya, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order). De Lange (2004:8) menyatakan lebih rinci :
Mathematics could be seen as the language that describes patterns – both patterns in nature and patterns invented by the human mind. Those patterns can either be real or imagined, visual or mental, static or dynamic, qualitative or quantitative, purely utilitarian or of little more than recreational interest. They can arise from the world around as, from depth of space and time, or from the inner workings of human mind.
Jelaslah sekarang bahwa matematika dapat dlihat sebagai bahasa yang menjelaskan tentang pola – baik pola di alam maupun pola yang ditemukan melalui pikiran. Pola-pola tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun berbentuk imajenasi, dapat dilihat atau dapat dalam bentuk mental, statis atau dinamis, kualitatif atau kuantitatif , asli berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari atau tidak lebih dari hanya sekedar untuk keperluan rekreasi. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari kedalaman ruang dan waktu, atau dari hasil pekerjaan pikiran insan.
2.4 Prinsip-Prinsip dalam Belajar
Prinsip Belajar Menurut Gestalt  : Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Kemudian Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies : Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.


Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik
Prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Selain itu juga berguna untuk mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan. Diantara prinsip-prinsip belajar yang terkait antara lain:
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang di butuhkan, di perlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. “Motivation is the concept we use when we describe the force actionon or within an organism to initiate and direct behavior” demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbert L, 1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan.
2.      Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan tranformasi. (Gage ad Barliner, 1984:267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah di perolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu megidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Dalam proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegaiatan psikis yang susah diamati.
3.      Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “Learning by doing” –nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik, individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan engan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4.      Pengulangan
Teori Psikologi Daya menerangkan bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menangggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu di asah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5.      Tantangan
Teori medan (Field Theori) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin di capai tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tesebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar talah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan prinsip-prinsip, generalisai tersebut. Dan belajar yang telah ialah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.
6.      Balikan dan Penguatan
Teori belajar Operant Conditioning dari B.F.Skinner. kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang dipperkuat adlah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi, hasil yang baik akn menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F.Skinner tidak saj oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner, 1984:272).
7.      Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatiakan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem penidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
2.5 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah menemui atau mengalami beberapa siswa yang selalu membikin ulah, selalu mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun membenci mata pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris. Di sisi lain ada siswa yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung dan malas belajar. Pertanyaannya yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat terjadi? Kenyataan – kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
            Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor penglihatan yang kurang baik, sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar tersebut lebih disebabkan oleh faktor kejiwaan pada diri anak tersebut. Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, diantaranya:
1.      Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik,  sebaiknya menempati tempat dibagian depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perembangan psik putra-putrinya. Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.[1]   
 
2.      Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati.  Sebagai contoh, tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua yang selalu marah, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan disekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas.
   
3.      Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal itu terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
 
4.      Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau ibu Guru  hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.

5.      Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidakberhasilan siswa tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun, hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapa bebrbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang atau karena faktor psiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasikan kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan  jalan pemecahannya.


DAFTAR PUSTAKA

De Lange, J. (2004). Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective. Paris: OECD-PISA
Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
NRC (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation of the Future of Mathematics Education. Washington DC : National Academy Press
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifin Company





[1] Fadjar Shadiq, 2014, Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa,. Yogyakarta : Graha Ilmu, hal 216

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Transformasi

PERAN PGRI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN